Tuesday, August 18, 2009

SAKIT JANTUNG DAN KEMATIAN


Ada beberapa hal yang bisa mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Pertama, kontrol berat badan. Kurangi jumlah minum-minuman yang mengandung alkohol dan juga mengurangi konsumsi garam pada makan anda. Sedikit saja menggunakan garam pada masakan cukup menyehatkan pola hidup anda. Hindarilah adanya botol garam pada meja makan serta hindari makan makanan yang asin.

Lebih baik, anda memilih makanan yang segar-segar. Hindarilah makanan yang diawaet-awaetkan seperti makanan kalengan, setengah matang dan bacalah dengan cermat label pada makanan. Baiknya juga, anda makan makanan yang kaya potassium seperti pisang, melon, jeruk, kentang, tomat.

Janganlah anda merokok. Karena rokok tak membuat jantung anda sehat. Banyak hal buruk yang disebabkan oleh pola hidup merokok. Selain itu, olahraga selama 30 menit, 3 kali seminggu dengan teratur akan membuat anda sehat dan segar selalu. Sediakanlah waktu-waktu untuk anda bersantai.

TIDUR SIANG
Tak banyak yang menyadari, tidur sesaat saat istirahat siang membantu menurunkan resiko kematian, terutama pada lelaki muda berbadan sehat. Penelitian yang dilakukan ilmuwan Yunani selama rentang waktu enam tahun tersebut menyebutkan tidur siang selama kurang lebih 30 menit sedikitnya tiga kali seminggu memiliki resiko 37 persen lebih rendah mengalami gangguan sakit jantung.

Para ahli mengungkapkan tidur siang membantu orang untuk rileks dan mengurangi tingkat stres mereka, bahkan gangguan jantung lebih kecil ditemukan di negara yang rutin tidur siang, meski sejumlah studi menunjukkan hasil yang berbeda.

Riset yang dilakukan di Yunani ini dilakukan pada 23.681 lelaki dan perempuan dalam rentang usia 20 sampai 86 tahun. Para partisipan memiliki catatan kesehatan yang baik, tanpa sejarah menderita penyakit jantung dan penyakit akut lainnya.

Dalam studi selama enam tahun tersebut, partisipan diminta keterangan tentang jam tidur siang mereka, pola makan mereka dan aktivitas fisik yang rutin mereka lakukan.

Hasilnya, para peneliti menyatakan mereka yang tidur siang memiliki resiko lebih rendah menderita gangguan jantung sebanyak 34 persen dibanding mereka yang tak tidur siang.

Sementara mereka yang tidur siang lebih dari 30 menit selama tiga atau lebih dalam setiap minggunya memiliki catatan 37 persen lebih rendah terkena gangguan jantung.

GANGUAN TIDUR PADA PENDERITA DEPRESI
Sebelum membahas gangguan tidur pada penderita depresi, ada baiknya diketahui terlebih dahulu pola tidur normal pada manusia dewasa. Gambar di atas memperlihatkan siklus tidur orang dewasa normal. Tidur manusia umumnya dibagi menjadi 2 macam yaitu tidur REM (rapid eye movement) dan tidur non-REM. Pembagian tersebut didasarkan atas pemeriksaan EEG (electro-encephalogram), EOG (electroocculogram) dan EMG (electromyogram).

Dalam keadaan terjaga sesaat sebelum tertidur, gambaran EEG memperlihatkan adanya dominasi gelombang alfa (8-12 Hz). Hal ini berlangsung sekitar 5-10 menit. Setelah itu akan memasuki fase tidur yang terdiri dari 4 fase.

Fase 1, tampak gelombang alfa mulai berkurang, lebih banyak muncul gelombang LVM (low-voltage-mix-frequency). Pada EOG tidak tampak kedip mata atau REM. Pada EMG tampak potesialnya menurun. Fase ini berlangsung 5-10 menit sebelum memasuki fase 2.

Fase 2, berlangsung relatif lebih lama dari fase 1 (antara 20-40 menit). Pada EEG tampak kompleks-K, sleep spindle atau gelombang delta. Pada EOG sama sekali tidak tampak REM dan kedip mata. Potensial EMG menjadi semakin rendah.

Fase3, gambarannya mirip dengan fase 2 namun gelombang delta menjadi lebih dominan (maksimal 50%). Fase 3 ini berlangsung lebih lama pada dewasa tua tetapi lebih singkat pada dewasa muda.

Fase 4, berlangsung hampir 30 menit. Gambaran EEG tidak didominasi lagi oleh gelombang delta namun oleh LVM seperti pada fase 1. Pada EOG didapati gerakan- gerakan mata. Keadaan ini dinamakan stage REM yang berlangsung 10-15 menit pada stage REM pertama.

Stage REM bukan termasuk tidur dan juga bukan termasuk keadaan terjaga. Stage REM bukan dinamakan tidur karena tidak terdapat gambaran tidur (yaitu adanya sleep spindle, kompleks-K dan delta). Stage REM bukan termasuk dalam keadaan terjaga karena tidak terdapat gambaran terjaga (yaitu gelombang alfa yang lebih dari 25% gambaran EEG dan potensial EMG yang tinggi).

Setelah fase REM, tidur dimulai lagi seperti pada fase permulaan, namun dimulai dari fase 2 (bukan 1 lagi), fase 3 dan fase 4. Kemudian muncul REM ke-2 yang biasanya lebih lama dari REM pertama. REM bertambah panjang dan lama pada akhir tidur.

Ada juga yang membagi tidur dalam 3 bagian yaitu sepertiga awal, sepertiga tengah dan sepertiga akhir. Pada orang normal sepertiga awal didominasi fase 3 dan fase 4. Pada sepertiga tengah lebih banyak tidur dangkal (fase2) dan pada sepertiga akhir lebih banyak tidur REM.

Pada penderita depresi terjadi pemendekan latensi fase REM (yaitu waktu antara tertidur dan periode REM pertama), perlambatan onset tidur, peningkatan panjang periode REM pertama dan tidur delta yang abnormal.

Secara klinis penderita dengan gangguan depresi mengalami perubahan pola tidurnya yaitu terjadi insomnia awal dan terminal, terbangun terulang kali dan hipersomnia. Penderita sering terbangun di malam hari atau dini hari dan tidak bisa tidur lagi sampai pagi harinya. Dengan demikian mengakibatkan perasaan subyektif yang lain seperti badan terasa lemah dan lemas saat bangun, kepala pusing , sulit berkonsentrasi dll.

MELAKUKAN LATIHAN YOGA
Melakukan latihan yoga selama delapan pekan terbukti memberikan manfaat bagi pasien pengidap penyakit jantung yang pernah terkena serangan jantung dan mengurangi tanda-tanda resiko terjadi inflamasi yang seringkali dikaitkan dengan kematian, demikian hasil satu penelitian terkini yang dipublikasikan belum lama ini.

Lebih dari lima juta warga Negara Amerika mengidap penyakit jantung kronis satu kondisi dimana dalam jangka panjang akan sampai kepada jantung tak mampu memompa darah secara efisien ke bagian tubuh lainnya.

Masalah kesehatan dan kematian akibat satu penyakit tetap berada dalam tingkatan yang tinggi walaupun kini sudah menggunakan obat-obatan yang efektif disertai terapi untuk mengatasi kondisi tersebut.

Para peneliti di Sekolah Tinggi Kedokteran di Universitas Emory di Atlanta yang menilai efektifitas dari latihan yoga selama enam pekan yang dilakukan oleh 19 penderita jantung yang pernah mengalami serangan, mendapatkan latihan fisik yoga mengurangi tanda-tanda inflamasi yang berkaitan dengan gagal jantung sementara itu juga telah meningkatkan toleransi terhadap latihan fisik dan kualitas hidup.

“Banyak orang yang berkeyakinan bahwa latihan tambahan yoga juga akan memberikan manfaat bagi pemulihan kesehatan jantung yang tidak sehat,” kata para peneliti tersebut yang membawa presentasi atas hasil penelitian mereka pada pertemuan tahunan Ahli Penyakit Jantung. “Selain itu latihan yoga juga memberikan dampak terhadap mekanisme aksi yang melibatkan kemajuan pada pasien yang pernah mengalami gagal jantung.

Penelitian tersebut juga menemukan perbedaan yang mencolok dalam tingkatan tanda-tanda biologis di dalam darah — interleukin-6, reaktif protein-C, dan superoksida dismutase ekstra selular antara pasien yang menjalani latihan yoga dengan pasien-pasien yang hanya menerima therapi standar. Pasien yang melakukan latihan yoga, menjalani pengobatan tanpa mengalami komplikasi.

Selain itu pasien yang mengikuti latihan yoga mengalami penurunan gejala atau tanda-tanda biologis dalam darah sebesar 26 persen yang menentukan standar kualitas hidup dibandingkan dengan 3 persen penurunan dari pasien yang hanya menjalani terapi medis saja.

“Yoga adalah jenis aerobik, karena itu tidak mengejutkan membawa dampak seperti itu dalam hal tanda-tanda akan adanya inflamasi,” kata Dr Nieca Goldberg, yang menyarankan latihan yoga dan tai chi salah satu ilmu bela diri tradsional asal China kepada para pasiennya, demikian Reuters.

No comments:

Post a Comment