Wednesday, August 12, 2009

GAYA HIDUP SEHAT BIKIN SPERMA KUAT / JOS


Banyak mitos tak tepat perihal kualitas sperma. Misalnya, makan taoge bisa mendongkrak kualitas sperma. Sebetulnya, seperti apa sih, sperma yang sehat dan berkualitas itu? Lantas, kapan sebaiknya seorang pria melakukan analisis sperma?
Sperma dihasilkan oleh buah zakar (testis). Sperma ini akan terdorong keluar begitu ada rangsangan. Dalam perjalanannya, sperma diberi cairan (semen) yang dihasilkan oleh kelenjar prostat dan kantung mani (vesika seminalis).
Jadi, dalam satu ejakulat, ada tiga kelenjar yang bekerja, yaitu kelenjar testis (tubuli seminiferi), kelenjar prostat, dan vesika seminalis. Ini yang menerangkan kenapa pada pria bisa dilakukan vasektomi, tetapi tetap bisa mengeluarkan cairan.
Testis sendiri dikelilingi oleh kantung testis (scrotum) yang berfungsi sebagai pelindung testis, sekaligus sebagai tempat temperatur testis diatur. Suhu testis idealnya harus lebih rendah ketimbang suhu tubuh.
Oleh karena itu, kantung testis harus longgar supaya testis bisa tergantung, harus juga berlekuk sehingga bisa membuang panas dengan mudah, serta harus tipis.
“Di sekitar scrotum juga tidak boleh ada sesuatu yang mengganggu testis, misalnya penyakit lokal. Penyakit lokal yang paling sering mengganggu kualitas sperma adalah pelebaran pembuluh darah balik di sekitar testis yang disebut varikokel,” terang dr. Nugroho Setiawan, MS, Sp.And.

Kualitas Sperma
Kualitas sperma ditentukan oleh banyak faktor. Yang pertama adalah volume (jumlah) sperma. “Normalnya, sekali keluar sebanyak 2 sampai 6 mililiter (ml). Jadi, dalam satu ejakulat, terkandung minimal 20 juta ekor spermatozoa per mililiter-nya. Kalau minimal 2 ml per ejakulat, berarti dibutuhkan minimal 40 juta ekor sperma agar terjadi pembuahan,” kata Nugroho menjelaskan.
Selain jumlah, gerak sperma juga penting. Ada 4 gerak sperma, yaitu gerak lurus cepat, gerak lurus lambat, gerak di tempat, dan tidak bergerak. ”Yang berguna bagi pembuahan adalah yang bergerak maju (gerak lurus cepat dan gerak lurus lambat).
Jumlah sperma yang bergerak maju yang dibutuhkan untuk pembuahan minimal 50 persen dari keseluruhan sperma yang keluar,” lanjut spesialis andrologi dari RS Fatmawati, Jakarta, ini.
Sperma juga harus memiliki bentuk normal, minimal 30 persen. “Jika bentuk sperma tidak normal, ia tidak bisa masuk ke rahim wanita untuk melakukan pembuahan. Sperma yang bisa masuk ke dalam rahim wanita adalah yang bentuknya normal dan memiliki gerak bagus,” lanjut Nugroho.
Sisanya, yang bentuknya tidak normal dan tidak punya gerak bagus, akan keluar lagi bersama semen. “Biasanya, usai senggama, keluar cairan dari vagina. Nah, yang keluar ini adalah sperma yang bentuknya tidak normal dan geraknya tidak bagus, serta semen. Semen memang ‘dilarang’ masuk ke rahim wanita. Ia hanya menghantarkan, lalu keluar lagi setelah sperma masuk rahim,” papar Nugrogho.
Faktor lain yang bisa menyumbang pengaruh terhadap kualitas sperma adalah faktor genetik, misalnya mempunyai kromosom yang berbeda, XXY. Atau sejak kecil sudah terlihat anak memiliki penis yang kecil.
“Jika ketahuan sejak kecil, masih bisa diobati. Atau, kalau sejak kecil sudah ada varikokel, dokter bisa meramal, ketika menikah nanti, kans si anak untuk menghamili istrinya hanya sekitar 30 persen. Biasanya dokter akan menawarkan, apakah akan diobati atau tidak. Yang tidak bisa diobati adalah kelainan kromosom,” lanjut Nugroho.

No comments:

Post a Comment